Every Tearsdrop is waterfall-ColdPlay itu masih beralun indah di tape mobilku. Sambil bernyanyi
lirih mengikuti irama nadanya, kuinjak pedal gas dalam petualanganku malam ini.
Bersama seorang kawan lama yang duduk tenang disampingku. Kami akan pergi
menuju kota
sebelah…
Yah,
kami sedang mendapatkan panggilan tes kerja di sebuah PT milik Negara. Sebuah
Persero kawakan yang pasti sudah semua orang kenal, namun masih saja dipandang
sebelah mata. Perusahaan
surat menyurat yang saat ini bersaing dalam jasa bursa pengiriman barang. Bahkan
untuk tetap eksis, sekmentasi jasa penyimpanan uang dan jasa pembayaran tagihan
pun Ia ambil.
Tak pernah aku membayangkan jika suatu
saat aku akan menggunakan seragam kuning ala tukang parkir dengan label burung
berwarna putih di dada. Mungkin aku adalah bagian dari orang-orang yang
mendiskreditkannya. Atau mungkin di satu sisi, aku punya impian yang lebih
tinggi untuk dicapai.
Tapi bagiku, saat ini hal apapun
adalah peluang. Peruntungan
itu datang karena usaha, bukan hanya berdiam diri. Coba-coba dan coba… Siapa
tau gayung bersambut, setidaknya aku gagal setelah usaha, bukan semata-mata
karena berdiam diri.
Coba ku berfikir untuk mengambil
apapun yang ada di depan mata. Meski itu dikata tanpa tujuan. Biarlah. Dulu aku terlalu
fokus oleh tujuanku, dan ketika hal itu tidak tercapai terbuanglah waktu
sia-sia. Kali ini, biarlah aku jalani apapun yang ada di depan mata. Tak perlu
berfikir panjang, karena, sulit membedakan antara “pengecut” dan “selektif”.
***
Kembali pada perjalananku di malam
ini, jalanan begitu riuh oleh truk-truk dan beberapa bus malam. Padat, merayap,
dan menjemukan. Sesekali suara kantuk muncul di perjalanan yang begitu lambat…
Dihidupkanlah korek api oleh temanku
tadi, dan segera kunyalakan sebatang rokok untuk mengusir kantuk yang tiba
tanpa diminta. Namanya Bayu, pria berpawakan tinggi besar, sedikit lebih gemuk
dariku. Parasnya mirip seorang designer kawakan Ivan Gunawan, meski aku sangat
berharap seleranya masih tetap pada wanita. Karena nanti aku harus bermalam
bersamanya dalam satu ruangan. Hahaha…
Tak pernah ku sangka akan ada dia di
sini malam ini, tak pernah. Beberapa tahun kami tak bertemu, hilang kontak,
mengudara di jejaring sosialpun hampir tak pernah saling sapa. Dulu pun kami bukan kawan
dekat, hingga diantara kami memang jarang ada urusan satu sama lain.
Tapi ini nyata, saat ini kami bersama,
berjuang untuk satu tujuan yaitu mencoba peruntungan. Hal yang tak
kusangka-sangka, malam kemarin di komen-nya status Facebook ku, dan kita ,mulai berbincang-bincang
lewat chat di Facebook.
Singkat cerita, akhirnya kami sepakat
berangkat bersama. Dia urus penginapan dan satu sisi, aku handle masalah transportasi. Kesamaan
nasib dan tujuan akhirnya membuat kami bekerjasama.
***
Beginilah hidup, fikirku. Tak pernah
terduga, tak pernah tertebak. “Manusia hanya bisa berencana, namun hasil itu
ada di tangan Yang Kuasa”, mungkin andagium itu ada benarnya juga.
Masa depan adalah misteri, hal absurd
yang bahkan tak bisa kita pastikan 100%. Kita, sebagai manusia yang berfikir,
hanya bisa merencanakan dan menghadapinya. Merencanakan untuk membuat sebuah
impian, konsep, demi sebuah tujuan. Menghadapinya untuk merealisasikannya,
mewujudkannya, setidaknya menjalaninya ketika hal itu tak sesuai yang kita
harapkan.
Seperti halnya aku malam ini, mungkin…
Yang tak pernah bermimpi dan berkeinginan menjadi bagian di Perusahaan itu,
atau bahkan berfikir untuk berjumpa dengan temanku tadi. Tak sama sekali…
!
0 komentar:
Posting Komentar