Menulis Lagi

Senin, 08 Oktober 2012 by Yogi S. Harjanto

Terbelenggu lelah setelah aktifitas hari ini, hingga sebuah atensi menulisku muncul kembali di tengah detik-detik menjelang pergantian waktu. Rasa letih dan malas itu menyelimuti tubuhku hingga tak sengaja kudapati sebuah notes pada jejaring sosial yang dikirim oleh seorang teman. Tanpa pikir panjang ku baca tulisan tersebut.

Tak begitu ada yang istimewa memang dalam tulisan itu hingga bisa sedikit mengugah spiritku yang sedang timbul-tenggelam. Ia memang hanya sedang bercerita ringan tentang dirinya yang menjadi “secret admirer”, dengan gaya feature tentunya.

Namun aku tau pasti, sebenarnya ada hal besar yang ingin Ia tanamkan dari apa yang pernah ditulisnya hingga saat ini. Lebih dari sekedar isi dan esensi tentunya.

***
Kembali fikiranku tertuju pada beberapa bulan yang lalu, dimana aku dan beberapa teman (termasuk diantaranya “si Penulis” diatas) tanpa sengaja mencetuskan sebuah Group. Kelompok menulis yang membenalukan diri pada sebuah jejaring sosial. Terbentuk oleh beberapa teman yang tergabung dalam organisasi kampus di bidang jurnalistik.

Dengan tujuan sok bijak yaitu memupuk budaya menulis, sembari menjajal asas learning by doing. Benar adanya jika ilmu jurnalistik itu “bisa karena terbiasa”. Cukup bermodal keberanian, diejawantahkan, dan teori-teori lain cukup mengikuti saja. Terbukti, banyak karya tercipta…

Beberapa bulan yang produktif. Saling menginstropeksi satu dan lainnya, baik senior maupun para junior berbaur tanpa ada kasta dan tanpa sakit hati tentunya. Sanksi moral bagi yang telat posting, sanksi sosial bagi yang tidak posting, hahaha... Yah, kami selalu adakan pertemuan di sebuah warung Burjo dekat kampus setelah deadline tiba.

Sampai akhirnya di beberapa bulan terakhir, Group itu sepi karena angota-angotanya bosan, dan sibuk sendiri. Termasuk diriku yang sedang berusaha bangkit dari keterpurukan atas beberapa hal yang sempat menyambangiku.

Grup menulis yang (hampir) jadi kenangan tanpa ada yang mencatatkan sepak terjangnya. Sungguh ironi…

***
Tuts-tuts laptop ini bernyanyi memecah keheningan malam, tanganku masih berkutat memainkannya. Makin asyik memainkannya bak Ludwig van Beethoven dengan pianonya. Betapa asyiknya hingga aku takjub bahwa kata demi kata yang bermunculan di layar ini tercipta dengan sendirinya, alakadarnya namun begitu bisa dinikmati.

Sudah beberapa bulan ini memang ku putuskan untuk berhenti menulis. Karena tak pernah ku selesaikan apa yang pernah coba ku tulis. Entah kenapa…

Ah, kembali pada temanku “si Penulis” tadi, dia lah satu-satunya orang yang masih bertahan untuk terus dan terus menulis. Tak pernah Ia terpengaruh oleh kealpaan yang lain. Hanya karena dirinya lah Group tersebut selalu luput dari maut. Hingga saat ini…

Malam ini aku tergugah, bukan karena isi tulisan temanku itu, tapi karena kenapa dia masih menulis. Konsisten meski tak ada yang memaksanya untuk menulis. Aku yakin bahwa sejatinya menulis itu adalah kebutuhan baginya bahkan bagi setiap orang yang menyadarinya.
.
***
Lewat tulisan ini, sebenarnya aku coba untuk berbagi, khususnya pada kawan-kawanku yang pernah satu wadah dalam komunitas ini. Jika memang masih ada atensi untuk berdinamika, sudah saatnya kita bangkit lagi. Bahwa diam itu tak beda dengan mati.

Menulis bukan sekedar menciptakan karya, bukan juga (hanya) untuk alat perjuangan dan mempengaruhi.

Maka tak perlu banyak berfikir, tak perlu banyak mencari input. Tak perlu banyak menunggu feel. Sayang jika apa yang selama ini kita alami tak pernah terdokumentasi. Hanya akan hilang, tertelan oleh hal-hal baru yang membuat kita lupa, dan begitu seterusnya.

Menulis itu adalah kebahagiaan. Menumpahkan beban dalam pikiran saat kita mulai menuangkan ide-ide yang ada dalam kata dan cerita. Membuat kita semakin kenal akan diri sendiri ketika proses editing dan kita membacanya kembali, bak melihat wajah kita di dalam cermin. Dan menjadi sebuah kepercayaan diri saat kita berani mempublikasikannya.

Biarkan tanganmu bermain, biarkan pikiran itu mengarahkan dengan sendirinya dan biarkan perasaan menggelora agar hal itu bisa memunculkan letupan-letupan kecil dalam karyamu. Menulis itu mudah, maka Tulislah

Posted in | 0 Comments »

0 komentar:

Posting Komentar

bad_surya106@yahoo.com. Diberdayakan oleh Blogger.